Selasa, 12 Juli 2016

ILMU BUDAYA DASAR 7

Manusia dan Harapan
Tersesat Ketika Mendaki Gunung

 

Untuk tugas Ilmu Budaya Dasar kali ini, saya akan mengangkat suatu kisah nyata yang dialami seorang pendaki gunung yang kisahnya saya ambil dari sebuah blog seseorang. Nama orang dan nama gunungnya pun tidak sebutkan. Tapi saya sangat tertarik dengan kisah ini dan ingin memakainya untuk tugas saya kali ini. Diceritakan pada blog tersebut mengenai seorang yang sedang mendaki gunung yang terpisah dari rombongannya dan tersesat di pegunungan, dalam perjalanannya kembali ke basecamp dan mencari pemukiman penduduk, dia mengalami berbagai kejadian yang akan saya bahas dalam postingan tugas saya kali ini.

Ketika menemukan suatu pemandangan indah ketika mendaki, sang pendaki itu meminta tinggal sebentar di tempat itu untuk menikmati pemandangan dan mengambil beberapa foto, sementara teman-temannya melanjutkan pendakian. Tak lama setelah menikmati pemandangan, kabut mulai muncul dan menutupi pandangan. Pendaki ini pun pergi dari tempat itu dan bermaksud untuk menyusul teman-temannya. Namun malah memilih jalur yang lebih jauh dan ketika sampai di puncak, dia mendapati tidak ada seorang pun disana. Setelah menunggu setengah jam, akhirnya dia memutuskan untuk turun karena berpikir bahwa teman-temannya sudah sampai dan turun terlebih dahulu.


Di perjalanannya turun, dia malah tersesat dan sudah tiga kali melewati tempat yang sama. Mengalaminya, dia pun bersujud dan meminta perlindungan kepada Tuhan. Sampai malam hari, kabut mulai hilang dan dia melihat ada sebuah pengunungan dengan menggunakan lensa zoom, dia melihat sebuah objek, dia yakin itu merupakan jalur pendakian yang jaraknya sangat jauh dari tempat ia berada. Dalam perjalanan menuju tempat tersebut, kakinya sempat terkilir dan dengan rasa sakitnya ia tetap berjalan menuju tempat tersebut. Sampai di tempat tersebut, lagi-lagi tempat itu nyatanya bukan pengunungan jalur pendakian. Untungnya dia bisa mendapatkan sinyal di tempat tersebut, langsung saja ia memeriksa gps ponselnya dan mendapati bahwa dia berada cukup jauh dari jalur pendakian. Tidak jauh dari tempat pendaki itu beristirahat, terdapat bekas warga mencari rumput ternak, dia yakin tempat itu tak jauh dari pemukiman penduduk. Di tempat itupun dia mencoba menghubungi teman-temannya, tapi karena tidak bisa dihubungi, dia mencoba mengirim sms tentang keadaannya sebelum akhirnya melanjutkan kembali perjalanan dengan tertatih-tatih.


Setelah dua jam berjalan, pendaki itu kembali merasa berputar-putar, padahal dia seharusnya sudah sampai di ladang penduduk. Gps juga menunjukkan bahwa dia belum berada jauh dari tempatnya beristirahat tadi. Dia kembali berdo'a dan meminta perlindungan pada Tuhan.


Sadar bekal minumnya sudah habis, dia berharap menemukan sumber air. Dan tiba-tiba dia mendengar suara gemericik air dari pohon bambu di dekatnya. Dia langsung meminumnya dan mengisi botol air minumnya. Terdengar suara tawa dari atasnya, dia yang merasa ketakutan kemudian meminta ijin pada 'kau tahu itu siapa' itu untuk meminta sedikit air. Bukannya hilang, suara tawa itu malah makin kencang. Dia berusaha mengabaikannya dan kembali mengisi botol minumnya dengan air.


Setelah botol air minumnya penuh, dia melanjutkan kembali perjalanan. Akhirnya ia melihat cahaya lampu salah satu rumah penduduk, dan dia mendapat telepon dari temannya Bahwa mereka sudah sampai di basecamp. Merasa lega akan keadaan teman-temannya, dia tinggal mengkhawatirkan keadaannya sendiri dan semakin bersemangat menuju pemukiman warga. Sampai disana, dia bertemu sorang bapak-bapak yang baru pulang dari pengajian dan setelah mengobrol-ngobrol, dia terkejut karena mendapati dia berada 40 km jauhnya dari basecamp. Dia kemudian menghubungi temannya dan memberi tahu lokasinya saat itu. Dia menunggu dijemput teman-temannya di rumah bapak itu. Setelah menunggu lumayan lama akhirnya temannya beserta 2 pengelola basecamp datang menjemputnya. Sampai di basecamp dia pun bergegas pulang dan sampai rumahnya dengan selamat pukul 2 pagi. Jika dihitung sejak dia naik gunung, kejadian tadi berlangsung selama 17 jam sampai dia kembali ke rumah.


Saya merasa bahwa kisah ini sangat cocok dengan tugas saya kali ini yang bertemakan 'Manusia dan Harapan'. Karena ketika si pendaki tersesat di gunung dan mengalami berbagai kejadian aneh, dia berusaha berdo'a dan menyakini bahwa masih terdapat harapan baginya untuk selamat. Kepercayaannya akan Tuhan memberikannya harapan, dan saya meyakini dapat kejadian ini bahwa Tuhan yang menolongnya kembali dengan selamat. Serumit apapun masalah atau kejadian yang kita alami, selalu ada harapan bagi kita untuk keluar dari masalah tersebut. Setiap masalah pasti ada solusinya dan di setiap kesulitan pasti selalu ada harapan untuk keluar dari kesulitan tersebut selama kita mau berusaha dan berdo'a. Kisah ini juga menginspirasi saya untuk jangan pernah menyerah dalam menghadapi apapun problematika dalam hidup saya. Bahwa saya harus meyakini, ketika semua usaha yang sudah saya lakukan tidak membuahkan hasil, saya masih punya suatu harapan, yaitu Tuhan saya, Allah swt yang pasti akan menolong saya dan memberikan apapun yang terbaik untuk saya. Dan dibalik apapun kejadian yang saya alami jika itu baik maupun buruk, pasti selalu terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat saya petik. Dan dari kisah ini, saya dapat mengambil pelajaran bahwa harapan selalu ada serumit apapun masalah yang kita hadapi dan bahwa kekompakan dan kerjasama suatu tim sangat penting ketika kita melakukan apapun. Bukan hanya dalam urusan pendakian, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, sekolah, bahkan dalam sebuah rumah sekalipun.


Untuk kisahnya lebih jelas: http://duapagiwae.blogspot.co.id/2015/12/kisah-nyata-sendirian-tersesat-di-gunung.html

Tidak ada komentar: